Jeddah — Dunia sepak bola kembali diguncang oleh insiden memalukan yang mencoreng nilai sportivitas dan fair play. Dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup B antara Indonesia melawan Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sports City, tuan rumah Arab Saudi menunjukkan sikap tidak profesional dan bahkan cenderung diskriminatif terhadap suporter dan keluarga pemain Indonesia.
Ribuan suporter Garuda yang telah membeli tiket resmi diarahkan ke Gate 3, namun ditahan berjam-jam di luar stadion tanpa alasan jelas.
Ironisnya, sistem turnstile otomatis untuk scan barcode tiket sengaja tidak diaktifkan oleh Saudi Arabia Football Federation (SAFF), membuat penonton Indonesia tidak bisa masuk sesuai hak mereka.

Keluarga pemain Timnas Indonesia ikut jadi korban diskriminasi petugas keamanan laga Timnas melawan Arab Saudi, Kamis (9/10/2025) dinihari wib. (ist)
Sementara itu, penonton lokal Arab Saudi diperbolehkan masuk tanpa hambatan — bahkan ada yang masuk tanpa tiket. Situasi ini membuat banyak suporter Indonesia frustrasi dan merasa diperlakukan seperti ancaman, bukan tamu olahraga yang sah.
“Kami menuntut FIFA dan AFC untuk melakukan investigasi menyeluruh atas insiden ini. Sepak bola tidak boleh tunduk pada kekuasaan yang menyalahgunakan wewenang. Indonesia datang untuk bertanding, bukan untuk dihina,”
ujar Mathias, seorang suporter Garuda yang datang jauh dari Prancis hanya untuk menyaksikan laga ini.
Perlakuan pada Keluarga Pemain Timnas Indonesia
Kekacauan tidak berhenti di situ. Perlakuan kasar juga dialami keluarga pemain Indonesia yang turut hadir di stadion.
Istri Thom Haye, Bibeche Riva, yang sedang hamil enam bulan, mengalami keram dan nyaris pingsan setelah dipaksa berdiri berjam-jam di luar stadion.
Ibu Jay Idzes nyaris menjadi korban kekerasan fisik dari petugas keamanan yang bertindak brutal.
Kekasih Dean James bahkan harus digotong melewati barikade karena dihalangi masuk oleh panitia lokal.
Kejadian ini menimbulkan kemarahan luas di kalangan netizen Indonesia. Tagar seperti #InvestigasiFIFA dan #JusticeForIndonesiaFans mulai ramai di media sosial, menuntut keadilan atas dugaan pelanggaran tuan rumah.
Banyak pihak menilai bahwa ini bukan sekadar kesalahan teknis, melainkan strategi licik untuk mengganggu mental pemain dan suporter lawan. Dengan kekuatan finansial besar dan fasilitas kelas dunia, Arab Saudi justru memilih cara kotor: menahan penonton lawan, mengintimidasi keluarga pemain, dan menciptakan atmosfer penuh tekanan.
Insiden ini menjadi catatan hitam baru bagi sepak bola Asia. Jika FIFA dan AFC tidak segera bertindak, maka pesan yang tersampaikan ke dunia sangat jelas: uang dan kekuasaan bisa menginjak-injak sportivitas.
Penulis: dede isharudin/ Wakil Ketua SIWO PWI Pusat
Editor: dr